Imam Ibnul Qoyyim berkata, "Kalau tidak karena cobaan & musibah dunia, niscaya manusia terkena penyakit kesombongan, 'ujub (bangga diri) & kekerasan hati"

Rabu, 21 Maret 2012

Kisah Ali Bin Abi Thalib Kehilangan Baju Perang

Ali adalah menantu dan sepupu Rasullulloh. Saat menjadi khalifah, Ali pernah berjalan-jalan di Kufah lalu melihat dengan yakin baju zirah perangnya namun saat itu berada di tangan seorang Nasrani. Ali tidak tahu bagaimana bisa baju zirah perangnya ada di tangan Nasrani tersebut. Sekalipun Ali telah meyakinkan Nasrani tersebut bahwa itu adalah baju zirahnya, namun Nasrani tetap bersikukuh itu miliknya.

Karena tidak menghasilkan mufakat, Ali pun membawa perkara ini ke pengadilan. Yang menjadi hakim (Qadi) saat itu adalah Syarih bin al-Harits.

Syarih bertanya kepada Nasrani tersebut: “Apa pembelaanmu atas apa yang diklaim oleh Amirul Mukminin?”

Nasrani itu menegaskan: “Baju zirah ini milikku, Amirul Mukminin tidak berhak menuduhku!”

Senin, 05 Maret 2012

Persaudaraan dan Cinta

Ketika rasa cinta adalah ikhlas dalam hati ketika orang yang kita cintai bahagia, walaupun tidak memiliki, ini adalah kisah Salman Al Farisi dan Abu Darda' sahabat dari Ansor dalam mencari cinta.
Salman Al Farisi sudah waktunya menikah. Seorang wanita Anshar yang dikenalnya sebagai wanita shalihah telah menarik perhatiannya. Tapi bagaimanapun, Madinah bukanlah tempat ia tumbuh dewasa. Ia berpikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi urusan pelik bagi seorang pendatang seperti Salman. Maka, disampaikanlah gejolak hati itu kepada sahabat Anshar yang dipersaudarakan dengannya, Abu Darda’.

Kamis, 01 Maret 2012

Sosok Sang Ibu Negara

Ini adalah kisah Ummu Kultsum , Putri dari Ali Ra. Cucu Rasululloh, dan istri dari Khalifah ke 2 yaitu Umar Bin Khatab. Yang mengesankan pada Ummu Kultsum, istri dari Amirul Mukminin, bahwa suatu ketika Umar keluar pada malam hari seperti biasanya untuk mengawasi rakyatnya (inilah keadaan setiap pemimpin yang bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya dalam naungan daulah Islamiyah ). Beliau melewati suatu desa di Madinah, tiba-tiba beliau mendengar suara rintihan wanita yang bersumber dari sebuah gubug, di depan pintu ada seorang laki-laki yang sedang duduk. Umar mengucapkan salam kepadanya dan bertanya kepadanya tentang apa yang terjadi.