Imam Ibnul Qoyyim berkata, "Kalau tidak karena cobaan & musibah dunia, niscaya manusia terkena penyakit kesombongan, 'ujub (bangga diri) & kekerasan hati"

Jumat, 26 Oktober 2012

Jadikan Keislamanmu Sebagai Maharnya

Baling-baling miniatur kincir angin terus berputar di dekat jendela. Jarum jam berdetak jelas diheningnya malam. Musik jazz dengan volume rendah mengalun dari sebuah handphone bermerk china. Seorang pemuda tampak tertidur pulas. Jam menunjukkan pukul 01:30WIB. Tiba-tiba terdengar suara teriakan meminta tolong dari apartemen sebelah. Sontak pemuda itu bangun karena kaget. Dengan mengenakan piama dia keluar kamar apartemen dan mencoba mencari dari mana sumber suara. Ketika berada dipintu apartemen nomor 99A, ia merasakan ada sesuatu dikakinya yang pada saat itu tidak sempat mengenakan alas kaki. Ketika ia melihat ke bawah, ada darah mengalir dari dalam kamar. Pemuda itu seketika shok. Dengan perasaan bingung dia membuka pintu apartemen. Tampak seorang perempuan telah tergeletak dilantai dengan bersimbah darah. Pemuda itu panik. Segera dia menghubungi bagian keamanan apartemen. Tidak lama kemudian mobil polisi datang. Lokasi kejadian segera digaris kuning. Para penghuni apartemen berdesakan ingin melihat korban. Peristiwa perampokan dan pemerkosaan itu langsung menjadi headline pos kota. Bahkan diberbagai pemberitaan media, baik media cetak maupun diberbagai stasiun televisi. Korban tersebut adalah seorang bintang film yang namanya sudah tidak asing lagi dikancah perfilman. Sangat disayangkan, wanita cantik dan terkenal cerdas itu harus tewas mengenaskan. 

Setibanya dikantor polisi, pemuda itu dimintai keterangan oleh polisi untuk dijadikan saksi.
"siapa nama Anda?" tanya polisi
"nama saya Antonius Pak."jawab si pemuda
Polisi menanyakan identitas lengkap pemuda itu. Antonius seorang pemuda berusia 25 tahun yang saat ini tengah bekerja di sebuah bank. Dia lahir di Nias. Ayahnya keturunan tiong hoa sedangkan ibunya asli orang Nias. Ketika umur 6 tahun, dia pindah ke Jakarta karena ayahnya dipindah tugaskan. Sampai sekarang dia dan keluarganya berada dijakarta. Semenjak punya penghasilan, Antonius memutuskan pisah dari kedua orangtuanya dan hidup mandiri di apartemen.
Polisi melanjutkan pertanyaannya.
"bagaimana peristiwa itu terjadi?"
"saya tidak tahu apa-apa Pak, ketika saya sedang tertidur pulas, tiba-tiba saya mendengar teriakan yang sangat keras. Kemudian saya lansung keluar kamar untuk mencari sumber suara" tutur Antonius.

Pukul 05:00WIB Antonius sudah berada di apartemen. Dia menahan rasa kantuknya selama di kantor polisi, tapi setelah berbaring di tempat tidur, matanya sulit terpejam. Dia masih dibayang-bayangi kejadian itu, apalagi korban begitu mengenaskan.

Dua tahun telah berlalu. Hari ini Antonius akan dipromosikan naik jabatan menjadi manager bank.
Dalam perjalanan tepat didepan sebuah universitas, ada seorang mahasiswi yang menyebrang tiba-tiba. Antonius mengerem mobilnya secara mendadak.
Citttt.....
"astaga!"
Mahasiswi itu jatuh terduduk.
Antonius keluar dari mobilnya.
"kamu gak apa-apa?"tanya Antonius cemas
"tidak, saya tidak apa-apa. Saya hanya kaget, hingga terjatuh. Saya sama sekali tidak tersentuh mobil Anda."
"benar kamu tidak apa-apa? saya minta maaf"
"iya tidak apa-apa. Saya permisi Pak" mahasiswi itu beranjak pergi.
"tunggu!!! siapa namamu?"
"Yusa. Namaku Yusa.."
Antonius kembali mengendarai mobilnya.
"gadis itu,,, cantik sekali. Matanya indah. Rambutnya panjang. Hidungnya mancung. suaranya lembut"gumamnya
"ah mikir apa aku!"
"tapi, kenapa wajahnya terus terbayang. Benar-benar menarik hati. Baru kali ini aku bertemu gadis secantik dan selembut dia"

Sejak menjadi manager bank, Antonius semakin sibuk. Berkas-berkas menumpuk di atas meja kerjanya. Tapi bagi Antonius itu bukanlah beban. Dia begitu menikmati pekerjaannya. Pada dasarnya Antonius adalah seorang pekerja keras. Dia orang yang cerdas. Tidak hanya itu, parasnya begitu tampan. Matanya yang sipit, hidungnya yang mancung, bentuk wajah yang tirus, persis seperti aktor-aktor korea. Banyak wanita yang mengagumi dan mengejar-ngejarnya. Akan tetapi Antonius Tidak peduli akan hal itu. Baginya menyibukkan diri dengan pekerjaan tentu lebih menyenangkan. Bukan berarti dia tidak akan menikah. Akan tetapi prioritas utamanya adalah memapankan diri untuk bekal ke depan.

Akhir-akhir ini Antonius sering memikirkan mahasiswi itu. Muncul dalam benaknya keinginan untuk bertemu kembali dengannya.
"aku harus mencarinya!" gumamnya lirih

"Bu... Ibu lihat celana jeans Yusa tidak? Yusa mau pake ke kampus. Kemaren Yusa gantung di belakang pintu."
"ibu tidak lihat Nak.. Mungkin kamu lupa narunya? Kapan kamu mau berubah? Ibu sama ayah ingin sekali kamu menutup aurat mengenakan jilbab dan meninggalkan celana jeans ketat."tutur ibu lembut
"sudah seribu kali ibu sama ayah berkata demikian, ibu tidak capek?"
"tentu tidak. Tidak akan!"
"bu, yang penting Yusa kan shalat 5 waktu. Yusa belum siap mengenakan jilbab. Yusa takut belum bisa menjilbabi hati"
"itu alasan yang tidak tepat Nak.. Justru dengan berjilbab kita juga sembari menjilbabi hati. sampai kapan nunggu hati bersih? Manusia tempatnya salah. Jadi alasanmu tidak berjilbab tidak tepat Nak. Apa kamu ingin seperti kakakmu?"
"bu, tolong jangan bawa-bawa kak Syakila bu."
"Nak, ibu dan ayah sayang sama kamu. Ingat, tempat tujuan akhir manusia adalah akhirat. Lalu, bagaimana juga ibu dan Ayah menghadap Allah untuk mempertanggungjawabkan semua ini. Bahwasanya kami tidak bisa mendidik anak-anak kami. Apa yg harus ibu dan ayah katakan sama Allah?"
"bu, jangan paksa Yusa. Do'akan saja bu"

Pagi ini membawa angin semangat pada Antonius. Kicau burung bernyanyi mewakili hati Antonius.
"aku harus bertemu dengan Yusa" katanya di depan cermin. Sudah dua pagi sebelum berangkat ke kantor, Antonius nongkrong di depan kampus tempat Yusa kuliah. Berharap bisa bertemu kembali dengan Yusa. Tiga hari berlalu, belum juga bertemu. Nampaknya keberuntungan belum berpihak padanya. Pada hari ke tujuh, akhirnya Antonius melihat Yusa yang tengah berjalan masuk gerbang kampus.
"Yusaaaa!!!"
Yusa menoleh ke kanan dan ke kiri. Mencari sumber suara yang memanggil namanya.
"Yusa, kamu masih ingat saya???"
"maaf, siapa yah?"
"tiga minggu lalu saya hampir menabrakmu.."
"iya, saya ingat. Ada perlu apa?"
Antonius mengajak Yusa makan siang disebuah restauran sebagai permintaan maaf. Setelah sekian lama Aantonius membujuk akhirnya Yusa menerima tawaran makan siang itu.
"kalau begitu saya berangkat ke kantor dulu yah. Nanti jam 12 siang saya jemput kamu."
"iyah"
"eh iya, berapa nomor handphone mu?"
"085777580xxx..."

RESTAURAN MELODY.
Mereka tiba di sana. Restauran tampak banyak pengunjung. Restauran yang terletak di pusat kota ini memang sudah menjadi primadona masyarakat kota. Setiap kali orang baru yang berkunjung, pasti ingin kembali lagi. Suasananya begitu nyaman. Pemilik restauran memilih konsep desain ruangan yang memunculkan suasana taman hijau. Dinding-dinding penuh dengan lukisan pemandangan. Lukisannya langsung dibuat di atas dinding, oleh pelukis-pelukis profesional. Lantainya berkarpet dengan warna dasar hijau muda yang kemudian pada bagian-bagian tertentu bercorak hijau tua menyerupai taman. Antonius sudah memesan tempat duduk di meja nomor 99.
"apa kita duduk disini?" tanya Yusa
"iyah. Tadi sebelum kita kesini saya memesan tempat. Apa ada masalah?"
"aku teringat sesuatu. Apa bisa kita pindah?"
"baiklah."
kemudian mereka pindah ke meja no.102.
Meja itu hanya terdiri dari dua kursi. Mereka duduk berhadap-hadapan.
"boleh tahu nama lengkapmu?"
"namaku Yusa. Hanya Yusa!"
"nama yang singkat. Tapi unik. Kenapa orangtuamu memberi nama Yusa?"
"Yusa adalah gabungan nama ayah dan ibuku. Ibuku bernama Yusra yang dalam bahasa Arab artinya kemudahan. Sedangkan ayahku bernama Sabilurosyad yang artinya jalan petunjuk. 'yu' itu yusra dan 'sa' itu sabilurosyad. Jika digabungkan maka bisa diartikan 'jalan petunjuk kemudahan'."
"waw. Luar biasa. Oy, saya seorang Nashrani. Apa kamu keberatan jika menjalin pertemanan dengan saya?"
"tidak. Saya menghargai agama lain. Asal kita bisa saling toleransi."
"ya. Pasti. Saya senang mengenalmu"
Menu yang dipesan sudah datang. Satu porsi spageti, satu porsi stik daging sapi, dan dua gelas orange juice. Mereka berbincang akrab, meski baru pertama kali bertemu. Saling bertukar pikiran.

Mega terlukis di ujung senja. Jalanan ramai orang-orang yang pulang dari kantor, sekolah, atau aktivitas lainnya. Macet, itu hal biasa di kota Jakarta. Antonius mengantar Yusa sampai di ujung gang. Yusa melarangnya ikut turun.
"kau tidak ingin saya ikut ke rumahmu?"
"lain kali saja Pak, eh, Antonius" Yusa belum terbiasa dengan panggilan Antonius. Tapi, itu permintaan Antonius yang tidak ingin dipanggil pak. Antonius menyimpulkan senyum.

"dari mana Nak?"tanya ibu
"Yusa habis makan di luar sama teman baru bu. Namanya Antonius"
"seperti nama orang non muslim. Kamu kenal dimana Nak?"
"iya bu, dia non muslim. Waktu itu Yusa hampir tertabrak mobilnya, karena Yusa menyebrang jalan tanpa tengok kanan kiri"
"Nak, ibu kurang suka jika Yusa akrab dengan teman laki-laki. Di kampus kan banyak komunitas dakwah, coba sesekali ikut kajian di kampus, bergaul dengan mereka"
"ibu, boleh Yusa istirahat? Lain waktu kita bahas masalah ini ya bu". Yusa berusaha menghindar jika ibu nya mulai membahas hal-hal demikian.

Tit..tut..tit..tut..
Handphone Yusa bergetar. Yusa meraihnya yang berada di bawah bantal. Dibacanya pesan masuk. Antonius ternyata.
"Yusa, saya ingin mengajak Yusa untuk makan siang lagi besok? Bagaimana?"
"maaf, besok saya ada jadwal kuliah. Tapi kalau hari sabtu insya Allah saya bisa."
"baiklah. Hari sabtu saya jemput yah..."

Jum'at pagi. Jadwal ayah dan ibu Yusa untuk mendatangi majlis ta'lim. Awan tampak mendung. Langit begitu gelap. Ibu dan ayah Yusa sudah bersiap-siap untuk berangkat ta'lim.
"ibu, ayah, jangan lupa bawa jas hujan yah? takut dijalan turun hujan. Motornya sudah Yusa panasi."
"iya Nak, trimakasih yah.."
"ayah sama ibu kenapa nggak pakai mobil saja, biar nanti siang Yusa yang pakai motor ke kampus"
"nggak Nak, kita pengin romantis-romantisan berdua naik motor, untuk mengenang saat awal-awal pernikahan kami"
"ih ayah genit!!!" Yusa tertawa geli mendengar jawaban ayahnya.
"lho, ini ibadah Nak. Nanti kalau kamu sudah menikah juga harus begitu"
"belum pengen nikah ayaaaah... Yusa kan baru 20tahun."
"lebih cepat lebih baik," ibunya menggoda.
Jarak dari rumah ke tempat pengajian cukup jauh sekitar 20 km. Baru menempuh 5km perjalanan hujan turun begitu derasnya. Ibu dan ayah Yusa langsung menepi untuk mengenakan jas hujan. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan. Hujan semakin deras.
"ayah!!! Kita berhenti saja yah... Hujanya semakin deras" teriak ibu Yusa di tengah derunya suara hujan
"iya bu, tapi kita cari tempat berteduh dulu. Di depan sana!"
Jalanan begitu licin. Belum sempat berhenti, motor dari belakang menyalip.
"Allahu akbar!!!!!!!!!!!" teriak ayah Yusa.
Motor itu menyerempet motor ayah Yusa. Mereka tergelincir, hingga terseok beberapa meter. Kepala ibu terbentur trotoar sedangkan ayah terjepit diantara motor dan pohon.

Kring..kring..kring...
Handphone Yusa bergetar.
Yusa mengangat telpon dari nomer tak dikenal.
"Selamat pagi" dari sebrang terdengar suara laki-laki tegas
"pagi"
"apa benar ini dengan ibu Yusa?"
(enak saja manggil saya ibu, sayakan masih muda, imut lagi,hehe. Yusa membatin)
"iya benar. Ada yang bisa saya bantu?"
"kedua orang tua anda mengalami kecelakaan. Dan saat ini berada di RS. Soecipto"
Tubuh Yusa terasa runtuh... Seperti tersambar petir di tengah riuhnya deru air hujan... Gagang telponnya terlepas.. Dia tak sadarkan diri..

Tiba di rumah sakit.
"dimana ayah dan ibu saya?"
"di kamar flamboyan nomer 5B"
Yusa bergegas ke sana.
"dokter, bagaimana keadaan ayah dan ibu saya?"
"anda harus sabar yah. Kami minta maaf, ayah dan ibu anda tidak terselamatkan.."jawab dokter
"tidaaaaaaakkkkkkkk!!!!!!!!!!!!!! Mereka tidak mungkin meninggal. Mereka baik-baik saja kan dok??? Iya kan dok????" tangisnya pecah. Semua ini sangat sulit Yusa terima. Dua tahun lalu kakaknya meninggal. Sekarang dia harus kehilangan lagi orang yang sangat dia sayangi. Ayah dan ibunya.
"ibu, ayah, kenapa kalian meninggalkan Yusa????"

Sabtu siang. Antonius menghubungi Yusa untuk menjemputnya makan siang.
"nomor yang anda tuju saat ini tidak dapat dihubungi. Silakan tinggalkan pesan."terdengar jawaban dari operator.
"kemana Yusa? Kenapa nomernya tidak aktif? Aku harus ke kampus."
Setibanya di kampus, Antonius mencari-cari Yusa. Akan tetapi hasilnya nihil. "Kemana Yusa? Aku harus
Ke rumahnya. Ah sial! Aku tidak tau dimana rumahnya"

Dua tahun lebih Antonius kehilangan jejak Yusa. Dia hampir gila mencari-cari Yusa.

"Tuhan, kemana Yusa.. Tuhan, aku mencintai Yusa.. Aku ingin mengungkapkan perasaanku padanya... Aku ingin menikahinya... Tolong aku Tuhan.."
Doa Antonius saat sedang beribadat di sebuah gereja.

Setelah meninggalnya kedua orangtua Yusa. Yusa tinggal bersama guru ngaji ayah dan ibunya. Kebetulan anak perempuanya juga seumuran Yusa, dia seorang aktivis dakwah kampus. Penampilan Yusa sekarang berubah. Jilbabnya rapi menjuntai, menutup seluruh badan. Mengenakan rok dan juga kaos kaki. Semakin cantik. Yusa bergabung dalam sebuah organisasi dakwah kampus bersama anak guru ngaji orangtuanya. Inilah keinginan ibu dan ayah Yusa.

Cittttttt.....
Brukkkk!!!
Yusa terjatuh duduk. Kebiasaan buruk Yusa belum berubah. Menyebrang tanpa tengok kanan kiri.
"astaga!!!" Antonius mengerem mendadak mobilnya.
"apa kau tidak apa-apa?" tanya Antonius cemas
"tidak." jawab Yusa dengan tetap menunduk dan beranjak pergi
("suara itu. Sepertinya tidak asing. Siapa wanita berkerudung itu?") Antonius membathin.
Dia mengejarnya. "tunggu!!!"
Antonius bediri di depan Yusa. "kamu????? Kamu Yusa kan??? Aku tidak percaya bisa bertemu kembali denganmu. Aku hampir saja putus asa"
"maaf, saya harus pergi" jawab Yusa singkat
"jangan pergi, kumohon.. Aku mencarimu hampir gila. Aku mencintaimu dan ingin menjadikanmu pendamping hidupku"
"agamaku mengajarkanku untuk tidak memilih pasangan hidup dari harta, ketampanan, ataupun keturunan. Akan tetapi agamaku mengajarkan untuk memilih pasangan hidup dari agamanya dan juga akhlaknya. Jika kau ingin menikahiku, jadikanlah keislamanmu sebagai maharnya."
"bawalah aku pada orang yang bisa membimbingku untuk memeluk agamamu.."

Mereka akhirnya menikah. Antonius masuk Islam dan berganti nama menjadi muhammad ibrahim.
Dia bersunggugh-sungguh memperdalam agama Islam.

"subhanallah, engkau adalah bidadari dunia yang memang Allah takdirkan untukku. Akan kubahagiakan dirimu semampuku, dinda. Kukerahkan semua kekuatanku untuk menjagamu.."
"trimakasih banyak kanda, dinda tidak ingin mengingat-ingat kesedihan masa lalu. Kak syakila yang meninggal di apartemen empat tahun lalu. Ibu dan ayah yang meninggal dua tahun lalu. Dinda tidak ingin larut dalam kesedihan. Apalagi sekarang dinda sudah ada kanda."
"maaf dinda, dinda bilang kak syakila meninggal di apartemen empat tahun lalu? Apa nomer kamar itu 99A?"
"dari mana kanda tahu?????"
"kanda lah yang dimintai polisi untuk menjadi saksi peristiwa itu. Subhanallah, sekarang kanda malah bertemu dengan adiknya bahkan menjadi suaminya. Kanda tidak akan membiarkanmu bersedih. Kebahagiaanmu adalah ibadahku, dan kesedihanmu adalah khilafku"
Mereka berpelukan dalam tangis keharuan. 

 bY:Saidah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar